Dalam menerapkan konsep
manajemen proyek, tentu memiliki berbagai kendala yang berpotensi menghambat pencapaian
dari pengerjaan proyek. Terdapat 6 hambatan dalam manajemen proyek yang
terlukis pada gambar di bawah ini yaitu :
1.
Cost (Biaya)
Semua
proyek memiliki bujet yang terbatas. Tim proyek harus memperhitungkan biaya
proyek secara terperinci. Jika tim proyek mengurangi biaya proyek, maka akan
berdampak pada pengurangan ruang lingkup, percepatan waktu pengerjaan,
peningkatan risiko, penurunan kualitas suatu produk atau layanan yang
dihasilkan, dan kebutuhan sumber daya yang akan digunakan semakin sedikit. Biaya menjadi salah satu faktor sebuah proyek yang memiliki
potensi resiko tinggi. Proyek dilaksanan dengan biaya yang telah disepakati
oleh penyandang dana yang harus digunakan untuk mencover seluruh pembiayaan
proyek. Manajer proyek harus memperkirakan dan mendistribusikan ke setiap
aktivitas proyek yang membutuhkan dana dan mengendalikan agar realisasi biaya
yang digunakan tidak melebihi dari yang telah direncanakan.
2.
Time (Waktu)
Tim
proyek harus memperhitungkan waktu dalam pengerjaan suatu proyek secara
terperinci karena setiap proyek memiliki batas waktu penyelesaian. Proyek dilaksanakan dengan memperhatikan waktu penyerahan produk
atau hasil akhir sesuai kesepakatan pihak-pihak yang berkepentingan.
Keberhasilan dari sebuah proyek dapat diukur dari ketepatan waktu sesuai yang
telah direncanakan. Penyelesaian yang terlambat akan berdampak buruknya
kredibelitas pelaksana proyek dimata user atau pemberi proyek, karena bagi user
proyek tersebut bisa mempengaruhi aktivitas organisasi. Sehingga waktu
merupakan faktor yang sangat penting dari sebuah proyek.
3.
Scope (Ruang Lingkup).
Ruang lingkup menyatakan batasan
pekerjaan yang perlu diselesaikan dalam sebuah proyek. Ruang lingkup memberi
gambaran sejauh mana yang menjadi tanggung jawab pelaksana proyek dan
hasil-hasil yang harus dilaporkan atau diserahkan kepada pemberi proyek. Banyak proyek gagal
karena ruang lingkup yang tidak terdefenisi secara jelas dari awal dimulainya
suatu proyek sehingga berpotensi terjadinya penambahan ruang lingkup proyek.
Akibatnya, terjadi penambahan biaya dan berpotensi proyek mengalami
keterlambatan. Sumber daya bisa saja bertambah dengan kurang memperhatikan
risiko-risiko yang mungkin terjadi sehingga berdampak pada penurunan kualitas
dari proyek itu sendiri.
4.
Risk (Risiko)
Setiap
proyek pasti memiliki risiko. Sebisa mungkin setiap risiko yang ada
diminimalkan. Semakin minim risiko yang diinginkan dari suatu proyek, maka
semakin besar biaya yang dikeluarkan dan semakin lama waktu pengerjaan proyek.
Seiring dengan itu, ruang lingkup akan semakin bertambah.
5.
Quality (Kualitas)
Kualitas menjadi kriteria
yang ditetapkan bersama antara pemberi dan penerima proyek untuk dicapai oleh
pelaksanan proyek sebagai standar kualitas dari produk yang dihasilkan.
Berdasarkan standar kualitas pelaksana proyek berusaha untuk menetapkan
target-target yang harus dipenuhi dari setiap tahap pelaksanaan proyek. Empat
komponen dari proyek tersebut diatas menjadi faktor yang saling mempengaruhi.
Sebagai contoh, untuk menghasilkan kualitas yang lebih tinggi maka perlu menaikkan
biaya, atau dengan pengurangan ruang lingkup, jika menginginkan waktu
penyelesaian proyek dipercepat maka perlu biaya yang lebih besar, dan
sebagainya. Menentukan keberhasilan penyampaian dari suatu proyek.
Kualitas proyek yang baik ditentukan oleh analisis risiko yang baik,
ketersediaan sumber daya manusia yang handal dan memadai, kesesuaian ruang
lingkup yang sudah didefenisikan bersama pemangku kepentingan, kesesuaian
dengan bujet, dan tepat waktu penyelesaian proyek.
6.
Resources (Sumber Daya)
Merupakan
hal penting dalam mengelola suatu proyek. Tanpa sumber daya yang berkualitas
dan memadai, suatu proyek akan sulit memenuhi kualitas yang baik. Begitu juga
waktu penyelesaian suatu proyek akan cenderung berpotensi mengalami
keterlambatan. Analisis risiko suatu proyek bukan lagi menjadi prioritas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar